Sahabat.
Kadang-kadang kita menyebut beberapa teman yang akrab dengan kita sebagai sahabat. Sang sahabat bisa jadi adalah teman di waktu sekolah, kuliah, kerja, fitness atau bahkan saudara sekalipun. Awal persahabatan biasa ditemukan karena adanya kecocokan dalam berkomunikasi. Yang satu bisa mengisi relung hati yang lainnya.
Sahabat bisa menjadi teman di saat suka dan terutama dalam duka. Saat kita sedang melonjak kegirangan, atau dia bisa menjadi "shoulder to cry on"-nya kita saat kita larut dalam haru kebahagiaan.
Apalagi saat duka, saat hati kita sedih, lara, kalut, sang sahabat akan setia menemani, bertukar pendapat, juga bisa menjadi "shoulder to cry on-nya kita, atau bahkan hanya untuk sekedar mendengar.
Ga untuk selamanya sang sahabat sependapat dan sepaham dalam berpikir. Dia bisa menjadi lawan debat kita, bisa mencela perbuatan kita.
Kadangkala persahabatan justru lebih indah dari cinta.Cinta belum tentu bisa memiliki, tapi persahabatan hampir pasti memiliki.
Seperti cinta, persahabatan tidak memilih ras, agama, sosial.
Sahabat akan melakukan segala untuk menolong kita tanpa pamrih, tanpa imbalan.
Tapi ingat kan? Seandainya sahabat kita adalah manusia, dia juga manusia biasa. Manusia yang punya perasaan, punya hati, punya kesabaran yang terbatas dan punya kemampuan yang terbatas.
Adilkah, saat sang sahabat berkorban (mungkin berkorban waktu, perasaan, tenaga)sementara kita hanya menunggu, ga berbuat apa-apa bahkan seakan melepas beban yang harusnya kita pikul, kita pindahkan beban itu ke sang sahabat.
Adilkah, saat sang sahabat kita dalam kebimbangan, keraguan.. sementara kita tidak mengakui adanya persahabatan ini.
Adilkah, saat sang sahabat membutuhkan teman bicara untuk membagi kedukaannya atau bertukar pikiran, sementara kita sibuk membina persahabatan baru. Memang ga salah sih kalau kita punya banayak sahabat. Tapi kita SALAH bila kita meninggalkan sahabat lama.
Sadarkah kita, sang sahabat merindukan saat-saat dulu. Saat kita mau berbagi suka duka bersama. Sahabat kita adalah sahabat yang baik, tapi kita belum tentu adalah sahabat yang baik untuk mereka.
Saat sang sahabat sibuk memberi pupuk untuk persahabatan kita denga cinta, sayang, perhatian, pikiran dan kepercayaan, sementara kita... kita yang dianggapnya sebagai sahabat asik dengan kesibukan sendiri membuat persahabatan baru (sekali lagi, ga salah kalau kita punya banyak sahabat). Persahabatan baru dengan melupakan apa yang telah diperbuat selama ini oleh sang sahabat.
Sekarang, mungkin saatnya kita membuka pikiran kita, siapa sahabat kita yang sesungguhnya. Bukan saatnya kita meminta belas kasih atau mengasihani diri sendiri atas kesedihan atau kondisi kita untuk membina persahabatan baru yang mungkin menyakiti sahabat lama kita. Sahabat baru bukan hal baru yang salah, selama kita tidak melupakan sahabat yang lain.
Buka mata hati, pikiran, perasaan kita, siapa sahabat sejatimu....
Sulit untuk mendapatkan sahabat sejatimu...
Sunday, February 22, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment