Sunday, January 5, 2014

Lima Cara Mengendalikan Pikiran Dengan Benar


Dalam Vitakkasanthana Sutta, Majjhima Nikaya 20, Sang Buddha menjelaskan tentang lima cara untuk mengendalikan pikiran dengan benar, yaitu:
1. Apabila timbul pikiran jahat (keserakahan, kebencian, atau/dan kebodohan batin) maka alihkan memperhatikan obyek tersebut dengan obyek yang lain disertai dengan kebajikan. Ini dapat mengusir pikiran jahatnya, dan membuat batinnya menjadi terpusatkan dan terkendali. Cara ini ibarat tukang kayu yang mengganti pasak kasar dengan pasak halus.
2. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul walau telah mengganti obyeknya dengan yang disertai kebajikan, ia hendaknya merenungkan bahaya dari pikiran jahat itu. Ini dapat mengusir pikiran jahatnya, dan membuat batinnya menjadi terpusatkan danterkendali. Cara ini ibarat pemuda-pemudi yang suka berdandan merasa risih dan jijik terhadap bangkai ular atau binatang lain yang bergantung di lehernya.
3. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul meskipun telah merenungkan bahaya dari pikiran jahat, ia hendaknya tidak mengacuhkan pikiran jahat tersebut. Ini dapat mengusir pikiran jahatnya, dan membuat batinnya menjadi terpusatkan dan terkendali. Cara ini ibarat orang yang memiliki penglihatan yang dapat menutup matanya atau mengalihkan ke arah lain apabila tidak ingin melihat sesuatu.
4. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul kendati tidak mengacuhkannya, ia hendaknya memperhatikan dasar dan sebab pikiran (untuk mengetahui sebab kemunculannya). Ini dapat mengusir pikiran jahatnya, dan membuat batinnya menjadi terpusatkan dan terkendali. Cara ini ibarat orang yang berjalan cepat, berjalan lambat, berhenti, berdiri, duduk, berbaring, yang menghindari sikap badan yang sulit dan memilih sikap badan yang paling leluasa.
5. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul walau telah memperhatikan dasar dan sebab pikiran muncul, ia hendaknya dengan merapatkan gigi dan menekan lidah ke langit-langit mulut menaklukkan, mengendalikan dan menguasai batinnya. Ini dapat mengusir pikiran jahatnya, dan membuat batinnya menjadi terpusatkan dan terkendali. Cara ini  ibarat orang kuat yang menangkap dan mencekik orang lemah, menaklukkan, mengendalikan dan menguasainya.


Dengan melaksanakan petunjuk tersebut, seseorang dapat disebut ahli dalam bidang yang berkaitan dengan pengendalian pikiran. Ia dapat berpikir sesuai dengan yang diinginkannya dan dapat pula tidak berpikir terhadap sesuatu yangt tidak ingin dipikirkannya.


Na tam mata pita kayira, Anne vapi ca nataka
Samma panihitam cittam, Seyyaso nam tato kare

“Pikiran yang terarahkan secara benar
membuat sesorang menjadi mulia dan memperoleh pahala kemajuan,
melebihi apa yang dapat diberikan oleh ibu, ayah, atau sanak keluarga”.

(Dhammapada 43)
sumber: internet

No comments: