Hampir disemua instansi dan organisasi sekarang ini sering dilakukan suatu program pengembangan dan orientasi sumber daya manusia. Bentuknya macam-macam ada yang namanya “personality development” dan leadership training”. “diklat pengembangan karyawan”, “team building” dan “Outbond training” dan istilah-istlah apapun lainnya, baik dilakukan secara on the job training maupun off the training. Gawean yang biasa dilakukan bagian personalia atau Sumber Daya Manusia ini dilakukan tiada lain untuk memberikan motivasi dan semangat kerja karyawan serta meningkatkan kembali etos kerja dan tanggung jawab individu maupun team dalam komunitas kerja di instansi atau perusahaan. Paling tidak pasca acara tersebut mudah-mudahan banyak diantara karyawan berfikir dan merenung “apa yang sudah saya perbuat untuk organisasi/institusi – sejaumana apa apa yang dilakukan berdampak pada eksistensi organisasi/institusi”. Apakah selama ini konsep komunalitas berintaraksi yang saya lakukan sudah benar-benar memberikan kontribusi untuk kepentingan organisasi? Dan masih banyak lagi barangkali pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul dan menghinggapi kepala karyawan setelah mereka melakukan program-program tersebut. Sebab kedepan - itulah indikator korelatif yang menentukan karyawan yang disebut produktif atau tidak, berkinerja baik atau tidak dan sebagainya. Dan mudah-mudahan pula semua karyawan juga berharap bahwa materi dalam program program pengembangan sumber daya manusia tersebut merupakan satu dari sekian banyak sesie dari program panjang mengorientasikan sumber daya manusia pada suatu proses menuju kompetensi konstruktif (baik technical skill, human skill maupun conceptual skill) Dengan demikian karyawan merasakan menemukan format kongkrit upaya melakukan proses pengembangan dirinya melalui implementasi job discription, job spesification, dan job simplification dalam bekerja..
Tentu, kegiatan tersebut harus di support maksimal oleh organisasi secara manajerial, mengingat sasaran penting dari kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan semangat kerja, motivasi dan produktivitas serta orientasi karyawan tentang harapan dan cita-citanya dalam bekerja.
Namun sebaik apapun program pengembangan karyawan yang dilakukan organisasi, tanpa dibarengi dengan semangat ingin merubah diri dari karyawan itu sendiri, maka tentu program tersebut akan sia-sia tanpa makna dan tentu beban psikologi organisasi juga akan semakin berat. Oleh karena itu maka kita semua berharap karyawan bisa memiliki TOL (Totalitas, Orientasi dan Loyalitas) sebagai elemen untuk memberdayakan diri sekaligus memberdayakan organisasi. Tiga parameter standard karakter menilai output karyawan terhadap organisasi itulah yang amat diyakini sebagai pemicu utama karyawan berkembang atau tidak dalam organisasi/ lembaga.
Jika diurai sedemikian rupa, maka membentuk karakter yang memiliki semangat TOL tadi, paling tidak dalam diri karyawan harus memiliki sifat-sifat kepribadian kreatif di bawah ini, yaitu :
- Berfikir sekaligus bertindak
Seorang karyawan yang memiliki karakter positif buat dirinya maupun buat organisasi adalah karyawan yang memiliki kapasitas dan kemampuan mengorganisasikan pemikirannya menjadi suatu gagasan atau ide sekaligus mampu mengimplementasikan ide dan gagasan tersebut secara kongkrit. Pepatah yang mengatakan diam itu emas, adalah pepatah jadoel (jaman doloe) yang sudah tidak relevan lagi untuk didogmatiskan dalam komunitas aktivitas kelembagaan dalam perspektif kekinian. Sekarang diam itu ditinggalkan orang, tidak dilihat oleh pimpinan-termarjinalisasikan oleh lingkungan dan sebagainya. Yang dibutuhkan oleh organisasi / lembaga adalah orang yang mampu mengkomunikasikan sekaligus mempersepsikan ide dan gagasan pemikirannya secara baik kepada komunitas/ lingkungan organisasi apalagi kepada pimpinan. Namun demikian kemampuan berkomunikasi saja tidak cukup tanpa diimbangi oleh kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi – terlebih-lebih mengaktualisasikan pemikirannya dan beradaptasi kepada lingkungan atau komunitas budaya dan psikologi organisasi tersebut. Inilah sebenarnya konsepsi human skill yang harus dimiliki oleh setiap karyawan.
- Penuh Imajinasi
Penuh imajinasi disini maksudnya adalah seorang karyawan haruslah inovatif dalam melakukan berbagai pekerjaan. Biasanya seorang karyawan yang inovatif, ia akan mampu mengestimasi dan memberikan argumentasi logis terhadap apa yang dilakukannya. Dengan demikian maka karyawan tersebut akan senantiasa selalu menakar substansi tentang apa yang dikerjakannya. Karyawan yang banyak melakukan imajinasi dalam berfikir dan melakukan pekerjaan, biasanya karyawan tersebut tidak akan terjebak pada rutinitas dan mengalami problem under presure and under intruction oleh pimpinan. Karyawan tersebut akan senantiasa kreatif dan memiliki jiwa petualangan alias tidak terkungkung pada problematik rutinitas pekerjaan. Justru ketika karyawan merasa di under presure karena volume dan tanggung jawab pekerjaan, disitulah momentum kesempatan atau investasi besar bagi karyawan untuk menunjukkan yang terbaik kepada organisasi. Sebab tidak semua karyawan diberikan beban atau volume yang sama mengenai pekerjaan dan tanggung jawabnya.
- Bersifat Ingin Tahu
Karyawan yang memiliki kepribadian kreatif adalah karyawan yang senantiasa selalu mencari informasi aktual terhadap perkembangan organisasi – termasuk masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi setiap saat. Walaupun organisasi atau lembaga tidak meminta pandangan karyawan tersebut terhadap dinamika dan problem yang dihadapi oleh organisasi, namun bagi karyawan, concern dan memiliki paradigma bergaining dalam melihat perspektif perkembangan organisasi, justru akan membuat karyawan semakin loyal terhadap organisasi. Ciri khusus yang melekat dalam diri karyawan tersebut adalah biasanya karyawan tersebut reaktif dan kritis, bukan hanya terhadap kebijakan-kebijakan yang ditelurkan lembaga, namun biasanya begitu responsif terhadap dinamika dan problem yang dihadapi lembaga. Justru seharusnya lembaga harus melihat positif potensi karyawan yang seperti itu. Inilah sebenarnya embrio sikap loyal karyawan terhadap organisasi atau lembaga. Maka oleh karena itu lembaga sebenarnya hanya perlu menyediakan sarana bagi upaya mengakomodasikan sifat kreatif karyawan tersebut ditempat atau wadah yang produktif.
- Berani mengambil resiko
Karyawan yang memiliki sifat kepribadian kreatif salah satunya adalah berani mengambil resiko. Setiap aktivitas, apapun bentuknya pasti memiliki resiko. Diam saja mengandung resiko, apalagi melakukan sesuatu. Karyawan yang kreatif adalah karyawan yang berani mengambil resiko atas pekerjaanya. Resiko disini adalah pilihan logis ketika pekerjaan tersebut memiliki konsekwensi-konsekwensi yang dapat mempengaruhi bukan cuma pribadinya namun penilaian personal oleh organisasi terlebih-lebih oleh pimpinan kepada karyawan tersebut. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan karyawan yang berani mengambil resiko adalah ketika dalam aktivitas pekerjaannya sehari-hari, setiap karyawan tidak terjebak pada ketentuan baku instruksi pimpinan. Namun karyawan melakukannya melalui improvisasi-improvisasi dengan tujuan mempermudah, memberikan nilai efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Hal ini penting karena yang menguasai detail medan lapangan adalah karyawan itu sendiri. Bukan pimpinan. Dengan demikian karyawan tidak akan mengalami stagnasi, takut salah, dan akhirnya bersikap kaku (tidak luwes) dalam mengintepretasikan kebijakan pimpinan yang pada akhirnya menimbulkan konflik diantara karyawan dan pihak-pihak yang berkaitan dengan pekerjaan karyawan tersebut. Cuma yang perlu diingat barangkali resiko yang diambil haruslah tetap mengacu kepada pedoman baku tentang aturan dan prosedur yang ditempuh oleh lembaga. Berani mengambil resiko bukan berarti menabrak rambu-rambu dan aturan main, itu intinya.
- Suka tugas-tugas majemuk dan senang pengalaman baru
Karyawan yang memiliki kepribadian kreatif adalah karyawan yang senantiasa melakukan proses pembelajaran dan pemanfaatan dari setiap tugas yang diberikan oleh organisasi kepada karyawan. Setiap tugas jika diintepretasikan sebagai suatu upaya mendorong tumbuhnya proses pendewasaan diri, maka akan disikapi positif oleh karyawan dengan melakukan misalnya bertanya kepada orang lain yang lebih mengerti, melakukan studi komparatif dan terus melakukan evaluasi diri terhadap hasil yang dicapai. Tugas-tugas majemuk maksudnya adalah tugas yang diberikan oleh pimpinan diluar tugas-tugas rutin kesehariannya bekerja. Ciri umum yang biasanya dapat dilihat dari sikap karyawan yang memiliki sifat seperti ini adalah karyawan tersebut senantiasa “enjoy aja” dan menikmati tanggung jawabnya, tidak kelihatan depresi apalagi terbebani dengan tugas-tugasnya. Sebab karyawan tersebut berpandangan bahwa semua tugas-tugas tersebut adalah investasi buat dirinya dikemudian hari.
Kelima sifat tersebut diatas adalah hanya sedikit dari ciri yang melekat dari kepribadian kreatif seorang karyawan. Paling tidak eksistensi karyawan ketika memahami karakteristik kepribadiannya di tengah komunitas organisasi/ institusi tempat ia bekerja, ia dengan sedirinya akan berkeyakinan apakah “saya sebenarnya sudah atau belum memberikan kontribusi kepada organisasi”. Jika kita merasa sudah memberikan “sesuatu” kepada lembaga apakah kehadiran atau keberadaan saya “dirasakan” atau “diakui” oleh organisasi ?. Jangan-jangan kita sebagai karyawan, baru hanya merasakan kita hanya menggugurkan kewajiban saja, bekerja …dapat gaji, selesai atau hanya menjadi kelompok penggembira saja yang eksistensinya tidak diperhitungkan oleh komunitas tempat kita bekerja...
by Andi Trinanda
Monday, April 27, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment