Socrates mengatakan bahwa kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh 1 persen kecerdasan dan 99 persen kerja keras. Ketika dilahirkan, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, tergantung dari faktor genetiknya. Namun seiring pertumbuhannya, faktor nutrisi dan lingkungan akan lebih mendominasi ketimbang faktor genetik. Kuncinya adalah stimulasi atau rangsangan.
"Kecerdasan itu butuh rangsangan, dan ketika masih anak-anak rangsangan yang paling baik untuk kecerdasannya adalah melalui bermain dan perhatian," ujar Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ dalam seminar 'Bagaimana Membentuk Seorang Anak yang Sehat, Cerdas dan Berkualitas' yang digelar di Gedung IASTH FKUI. Tjhin mengatakan bahwa kecerdasan seseorang bisa dilihat dari banyaknya cabang-cabang dendrit yang terhubung antar sel-sel otak. Sedangkan jika dilihat dari struktur otak luar, maka semakin banyak lekuk-lekuk pada otak, semakin cerdas seorang anak.
"Tapi yang harus diwaspadai orang tua adalah ketika anak masuk masa remaja karena ketika remaja terjadi peningkatan hormon-hormon yang akan mempengaruhi sistem sarafnya. Jika remaja tidak bisa mengatasi perubahan yang terjadi dalam tubuhnya, maka ia bisa mengalami gangguan saraf dan otak, "jelas Tjhin.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan 1,8 persen dari anak usia sekolah mengalami kesulitan belajar, terutama membaca. Sebanyak 20 persennya disebutkan mengalami defisit neurologis yang bervariasi dari ringan sampai berat. Oleh karena itu, untuk menghindari gangguan fungsi saraf dan mencerdaskan anak, harus diberi rangsangan sejak dini yang disesuaikan dengan umurnya.imuasi
Tjhin pun memberi tips menstimulasi kemampuan otak anak di setiap tahap tumbuh kembangnya.
Usia 0-3 bulan:
- Berikan rasa aman dengan pelukan, menggendong, menatap, mengajak tersenyum
- Stimulasi pendengaran dengan membunyikan suara
- Stimulasi penglihatan dengan menggerakkan benda berwarna mencolok
- Stimulasi gerakan motorik dengan menggulingkan badan bayi ke kanan dan kiri, tengkurap, telentang.
Usia 3-6 bulan:
Bermain cilukba, ajarkan melihat wajah bayi di cermin, dirangsang duduk
Usia 6-9 bulan:
Ajarkan panggil nama, salaman, tepuk tangan, baca dongeng, rangsang berdiri
Usia 9-12 bulan:
Mengulang-ulang kata, menyebut mama, papa, kakak, belajar memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelinding bola, latihan berdiri, jalan berpegangan.
Usia 12-16 bulan:
Latihan corat-coret pensil warna, susun balok, puzzle, bermain dengan boneka, jalan mundur, panjat tangga, tendang bola, lepas celana.
Usia 18-24 bulan:
Tunjuk bagian tubuh, sebuut nama binatang atau benda, ajak bicara kegiatan sehari-hari, latihan gambar garis, cuci tangan, melompat, pakai baju dan celana sendiri.
Usia 2-3 tahun:
Menyebut kata sifat, menghitung benda, sikat gigi sendiri, masak-masakan, berdiri satu kak, buang air kecil atau besar sendiri
Usia 3 tahun ke atas:
Persiapan sekolah, memegang pensil dengan baik, berhitung sederhana, mandiri, berbagi dengan teman
"Pastikan anak mendapatkan semua rangsangan itu kalau ingin cerdas. Satu lagi, kalau anak perempuan coba ajarkan balet karena kegiatan sangat bagus dalam menggabungkan semua stimulasi, baik visual, audio, kinestetik dan motorik," ujar Tjhin.
sumber
No comments:
Post a Comment